Kristin, 45 tahun
Tamu bulanan wanita baginya adalah sebuah cobaan yang kerap melumpuhkan dirinya. Sedari remaja, wanita asal Flores, Nusa Tenggara Timur ini selalu merasakan sakit yang tak wajar ketika haid datang menghampirinya. Ibu Kristin, Biarawati yang sudah menganggap bahwa penyakit adalah salib dari Tuhan untuk dirinya ini, tidak pernah sekali pun mengeluh pada siapa pun akan penyakit yang puluhan tahun ia derita ini.
Sebenarnya, sejak tahun 2003, ia merasakan keganjilan pada penyakit bulanannya ini. Tapi ia enggan memeriksakan ke dokter. Hingga pada tahun 2008, saat itu adalah puncak di mana penyakitnya ini meluluhlantakan tubuhnya hingga ia harus merangkak untuk beraktifitas di tempatnya bekerja. Rekannya amat kaget melihat gelagat itu, karena ibu Kristin tidak pernah bercerita akan penyakitnya. Ia pun dilarikan ke Rumah Sakit. Di sana, dokter menyatakan bahwa ia mengidap kista. Ia disarankan untuk dioperasi karena jika tidak ditangani dapat berpotensi menjadi kanker.
Kristin yang religius menganggap penyakit ini adalah bagian dari hidupnya yang dititipkan Tuhan. Ia tidak mau dioperasi, dan memilih untuk berusaha dengan meminum obat dari dokter.
Tahun 2010, ia ditugaskan ke Manila, Philipina. Di sana penyakitnya semakin menjadi-jadi. Sakitnya semakin terasa, namun tetap saja, jiwanya yang tegar membuat ia bisa terus menyembunyikan penyakitnya tersebut. “Kalau sakit, saya hanya diam saja di kamar jika memang sudah tidak bisa di tahan. Tapi jika masih bisa ditahan, saya akan tetap bekerja walau pun penderitaan itu terus menguji saya,” ucapnya.
Ia pun akhirnya memilih untuk memeriksakan kembali penyakitnya di salah satu klinik di Manila. Ternyata kali ini lebih mengagetkan, karena ia dideteksi mengidap mioma sebanyak 9 buah. Ia pun kembali diberikan obat oleh dokter. “Semakin lama penyakit saya semakin menjadi, bahkan tidak hanya pada saat haid. Setiap saya masuk pada masa pra menstruasi, maka perut saya akan menjadi kembung, lantas nyeri di perut pun datang. Ditambah lagi dengan sulitnya saya untuk buang air besar dan juga buang angin. Dua hal tersebut membuat perut saya amat kencang dan tentunya sakit sekali,” tambah ibu Kristin.
Tahun 2011, ibu Kristina pun kembali ke tanah air. Ia memeriksakan kembali penyakitnya ke dokter di Rumah Sakit di Bandung. Ternyata penyakit itu masih ada dan bahkan bisa dikatakan semakin parah. Tahun 2012, ia pergi ke Holy Land di Israel. Di sana adalah titik awal anugerah Tuhan ia rasakan. Ia memutuskan, sekembalinya ia ke Tanah Air, ia tidak akan lagi meminum obat dari dokter.
Tiba di tanah air ia semakin semangat melawan penyakitnya. Walaupun sakit tetap ia rasakan, tapi ia tidak lagi menganggapnya berat. Hingga anugerah Tuhan yang nyata pun datang. Tahun 2013, bulan Desember, ia dalam sebuah lingkup pekerjaan dipertemukan oleh seorang rekan di panti sosial pendidikan. Ibu Kristin yang tertutup di tiap harinya merasa nyaman dengan rekannya, dan ia pun bercerita tentang penyakitnya tersebut. Sang rekan yang sudah curiga akan penyakit ibu Kristina karena ia melihat hal jangkal ketika ia haid, akhirnya memberikan rekomendasi obat herbal Ling Shen Yao. Ibu Kristin yang tertutup pun mau mencoba meminum obat tersebut. Ternyata keajaiban datang. “Setelah satu minggu, badan saya yang kurus ini terasa mulai bergairah. Rasanya jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dan pada masa pra menstruasi, perasaan kembung di perut pun tidak ada lagi, saya menjadi lancar ketika membuang air besar dan juga buang angin. Dan saat haid datang, ternyata semua lancar tanpa ada sakit seperti tahun-tahun sebelumnya. Saya langsung sms rekan saya dengan mengatakan ‘hati saya amat senang, sakit sudah hilang,” ucapnya lagi.
Di tengah kesibukan yang padat, ia pun baru bisa memeriksakan penyakitnya lagi pada bulan ke empat setelah mengkonsumsi Ling Shen Yao. Dan amat kaget dirinya, ketika hasil USG menyatakan dirinya sudah pulih dari Kista dan Mioma.
“Tidak terbayang penyakit ini bisa hilang hanya dalam waktu sekejap saja. Saya senang sekali, karena ancaman kista dan mioma yang dikatakan dapat berubah menjadi kanker pun akhirnya bisa hilang dari diri saya,” ujarnya lagi.