Ovarium atau indung telur adalah salah satu bagian dari sistem reproduksi wanita. Fungsi dari ovarium sendiri adalah untuk memproduksi sel telur serta mengeluarkan hormon. Meski termasuk organ yang sangat penting bagi wanita, namun ovarium juga dapat mengalami masalah kesehatan, kasus yang paling parah adalah kanker ovarium. Sebagai wanita, penting untuk mengenal kanker ovarium lebih jauh agar lebih waspada terhadap penyakit ganas ini.
Perlu Anda ketahui, bahwa presentasi wanita yang mengidap kanker ovarium cukup banyak. Ada sekitar 250.000 kasus kanker ovarium yang terjadi di seluruh dunia setap tahun. Lantas, seperti apa sebenarnya penyakit kanker ovarium itu? Simak ulasan di bawah ini.
Kanker ovarium adalah kanker yang terbentuk di jaringan indung telur (ovarium), yang mana jenis kanker yang satu ini lebih berisiko dialami oleh wanita pascamenopause. Meski demikian, hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab utama yang mendasari terbentuknya kanker ovarium. Selain itu, kanker ovarium lebih banyak ditemukan pada wanita lanjut usia (lansia) dan wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kanker ovarium.
Sebenarnya, kanker ovarium yang terdeteksi di masa awal pertumbuhannya atau stadium awal cenderung jauh lebih mudah untuk diobati dibandingkan dengan kanker ovarium yang baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penting bagi para wanita untuk selalu melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter kandungan, guna mengantisipasi munculnya penyakit-penyakit berbahaya yang menyangkut organ tersebut, terutama bagi Anda yang telah memasuki masa menopause.
Apa penyebab kanker ovarium?
Secara umum, kanker ovarium terbentuk akibat adanya perubahan atau mutasi genetik pada sel-sel ovarium. Sel tersebut kemudian menjadi abnormal serta dapat tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali. Namun, hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut masih belum diketahui dengan pasti. Meski begitu, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker ovarium. Di antaranya adalah :
1. Faktor genetik (penyakit turunan)
Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kanker ovarium memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama. Maka dari itu, Anda harus berhati-hati dan sebaiknya melakukan tes darah untuk mengetahui kadar CA-125 di dalam tubuh yang menandai adanya tumor.
2. Terapi hormon estrogen
Terapi hormon estrogen seringkali dilakukan oleh mereka yang hampir memasuki masa menopause. Namun Anda perlu berhati-hati, sebab wanita yang tengah atau pernah menjalani terapi hormon memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kanker ovarium.
3. Proses ovulasi
Proses ovulasi atau pelepasan sel telur di setiap bulannya dapat menyebabkan kerusakan pada ovarium. Jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium. Sementara itu, ovulasi akan berhentu sendiri selama masa kehamilan dan menyusui.
4. Gaya hidup tidak sehat
Penerapan gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu terjadinya kanker ovarium. Wanita yang memiliki kebiasaan merokok dan mengalami obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kaknker ovarium. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka lakukanlah diet dengan mengatur pola makan sehat, serta melakukan olahraga secara rutin.
Selain itu, wanita yang pernah menjalani radioterapi, menderita endometriosis, atau menderita sindrom lynch juga memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kanker ovarium.
Tanda-Tanda atau Gejala Kanker Ovarium
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa kanker ovarium cenderung akan lebih mudah ditangani apabila terdetekasi secara dini atau pada awal masa perkembangannya. Namun, sayangnya kanker ovarium seringkali tidak menimbulkan gejala atau keluhan apapun bagi pengidapnya. Hal ini yang menyebabkan kanker ovarium seringkali baru diketahui ketika sudah memasuki stadium lanjut dan menimbulkan gejala-gejala yang cukup mengganggu. Berikut ini adalah beberapa gejala yang dialami oleh pengidap kanker ovarium, yaitu :
- Perut terlihat kembung atau bengkakn.
- Perut terasa cepat kenyang meski hanya makan sedikit.
- Mul dan muntah.
- Susah buang air besar (sembelit).
- Penurunan berat badan yang tidak normal.
- Buang air kecil menjadi lebih sering (beser).
- Sakit di punggung bagian bawah.
- Keluar darah dari vagina.
- Terjadinya perubahan pada siklus menstruasi jika pengidap kanker ovarium masih mengalami menstruasi.
Ovarium sendiri terletah di dekat kandung kemih dan usus, sehingga ketika munculnya tumor, gejala yang muncul merupakan masalah pencernaan yang berkaitan dengan keberadaan tumor yang menekan organ-organ di sekitarnya. Apabila gejala gangguan pencernaa sudah berlangsung selama 3 minggu, maka jangan ragu untuk segera diskusikan dengan dokter ahli untuk segera diperiksa dan ditangani.
Stadium Kanker Ovarium
Kanker ovarium dibagi menjadi 4 tahapan atau stadium berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu :
- Stadium 1, pada tahap ini kanker di ovarium baik di salah satu maupun kedua ovarium, belum menyebar ke organ lain.
- Stadium 2, kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rahim atau rongga panggul.
- Stadium 3, dalam tahap ini kanker sudah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di perut atau panggul.
- Stadium 4, pada tahap ini kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti hati, ginjal, hingga paru-paru.
Diagnosis Kanker Ovarium
Pada diagnosis kanker ovarium, biasanya dokter akan menanyakan gejala yang dialami oleh pasien serta riwayat kesehatannya terlebih dahulu. Selain itu, dokter juga akan menanyakan ada tidaknya anggota keluraga yang juga mengidap kanker ovarium atau kanker payudara.
Setelah itu barulah dokter akan melakukan pe,eriksaan fisik, terutama pada daerahpanggul dan organ intim. Jika diduga mengidap kanker ovarium, maka dokter akan meminta pasien unruk menjalani pemeriksaan lanjutan, yang meliputi :
1. Pemindaian
Metode pemindaian awal yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker ovarium adalah USG perut. Setelah itu, barulah dapat dilakukan CT scan atau MRI.
2. Tes darah
Setelah dilakukan pemindaian, pasien akan menjalani tes darah untuk mendeteksi protein CA-125, yang mana merupakan penanda adanya kanker ovarium.
3. Biopsi
Dalam pemeriksaan inim dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi dapat menentukan apakah pasien mengidap kanker ovarium atau tidak.
4. Pengobatan Kanker Ovarium
Untuk pengobatan kanker ovarium sendiri pada dasarnya berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan atau stadiumkanker. Selain itu, kondisi penderita dan keinginan untuk memiliki keturunan pun menjadi pertimbangan untuk metode pengobatan yang akan dilewati. Namun, secara umum pengobatan kanker ovarium dapat dilakukan dengan cara :
- Operasi pengangkatan ovarium, baik salah satu maupun keduanya.
- Kemoterapi dengan memberikan obat-obatan untuk memberantas sel kanker.
- Radioterapi, untuk membunuh sel kanker dengan sinar radiasi berenergi tinggi.
- Terapi pendukung, seperti pemberian obat pereda nyeri dan sebagainya.
Pencegahan Kanker Ovarium
Sebenarnya, kanker ovarium merupakan penyakit yang sulit untuk dicegah, sebab penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan guna menurunkan risiko terkena kanker ovarium, di antaranya adalah :
- Mengonsumsi pil KB kombinasi.
- Tidak merokok.
- Tidak elakukan terapi hormon.
- Menjaga berat badan ideal.
- Menerapkan gaya hidup sehat.